Kabbalah
atau Qibil dalam bahasa Ibrani awalnya adalah istilah yang netral, yang
secara harfiah memiliki arti sebagai ‘lisan'. Namun belakangan, ketika
kaum Yahudi menggunakan istilah ini untuk menyembunyikan dan memelihara
kepercayaan mistis-esoteris kelompok mereka, maka istilah ini menjadi
sangat politis.
Encarta Encyclopedia (2005) menuliskan
bahwa istilah Kabbalah berasal dari bahasa Ibrani yang memiliki
pengertian luas sebagai ilmu kebatinan Yahudi atau Judaism dalam bentuk
dan rupa yang amat beragam dan hanya dimengerti oleh sedikit orang.
Kabbalah ini mempelajari arti
tersembunyi dari Taurat dan naskah-naskah kuno Judaisme. Walau demikian,
diyakini bahwa Kabbalah sesungguhnya memiliki akar yang lebih panjang
dan merujuk pada ilmu-ilmu sihir kuno di zaman Fir'aun yang biasa
dikerjakan dan menjadi alat kekuasaan para pendeta tinggi di sekitar
Fir'aun.
Kabbalah ini sarat dengan berbagai
filsafat esoteris dan ritual penyembahan serta pemujaan berhala, bahkan
penyembahan iblis, yang telah ada jauh sebelum Taurat-Musa dan telah
menyebar luas bersama Judaisme, yang seluruhnya berurat-berakar pada
praktek-praktek kebatinan serta penyembahan dewa-dewi di zaman Mesir
Kuno.
Hal tersebut diutarakan pakar sejarah
Yahudi Fabre d'Olivet. "Kabbalah merupakan suatu tradisi yang dipelajari
oleh sebagian pemimpin Bani Israil di Mesir Kuno, dan diteruskan
sebagai tradisi dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, " jelas
d'Olivet. Banyak kalangan percaya, Kabbalah adalah induk dari segala
induk ilmu sihir yang ada di dunia hingga hari ini.
Dianutnya Kabbalah oleh orang-orang
Yahudi mengundang tanda tanya besar pada diri seorang Harun Yahya. "Ini
sungguh aneh. Jika kita memandang Yahudi sebagai sebuah agama
monoteistik, yang diawali dengan turunnya Taurat kepada Nabi Musa a. S.
Tapi kenyataannya, di dalam agama ini ada sebentuk sistem yang disebut
Kabbalah, yang mengadopsi praktik-praktik dasar sihir yang sebenarnya
bertentangan dengan Taurat. Hal ini memperkuat apa yang telah disebutkan
sebelumnya, dan menunjukkan bahwa Kabbalah sebenarnya merupakan elemen
jahat dari luar yang menyusup ke dalam Yudaisme. "
Merunut akar Kabbalah bukanlah hal yang
mudah dilakukan. Para sejarawan Barat menyepakati bahwa Kabbalah
merupakan kepercayaan inti dari kelompok mistis tertua dunia yang
dikenal dengan sebutan Broterhood of the Snake (Kelompok Persaudaraan
Ular). Rezim Raja Namrudz di Babilonia dan Firaun di Mesir merupakan
tonggak-tonggak awal yang amat penting bagi perjalanan kepercayaan ini.
Di masa-masa pra dan awal Perang Salib,
sekitar abad ke-11 Masehi, Kabbalah mulai menampakkan diri di daerah
Perancis Selatan. Peneliti Kabalah Barat, Olivia Prince dan Lynn
Picknet, yang kemudian menulis The Templar Revelation, menyatakan bahwa
pembawa ajaran ini salah satunya adalah kedatangan sepasukan ksatria
Yohanit dari Calabria, Belgia, ke sebuah wilayah yang dikuasai Mathilda
de Tuscany dan Godfroi de Boullion.
Ksatria-ksatria Yohanit ini tidak lama
tinggal di Perancis. Mereka pergi dan meninggalkan Peter si Pertapa
(Peter The Hermit) yang kemudian menjadi "murabbi" bagi Godfroi de
Bouillon. Peter ini kemudian menyusup ke Vatikan dan menjadi provokator
bagi Paus Urbanus II yang kemudian mengobarkan perang salib guna merebut
Yerusalem dari kekuasaan umat Islam.
Dalam serangan Tentara Salib pertama di
tahun 1099, baik Peter maupun Godfroi menjadi panglima bagi pasukannya
masing-masing. Di hari kejatuhan Yerusalem, Godfroi mendirikan Ordo
Biarawan Sion dan 20 tahun kemudian membentuk ordo militer Knights
Templar, yang kemudian pada 1307 di Skotlandia mengganti namanya menjadi
Freemasonry.
Terusir Dari Yerusalem
Tahun 1188 Salahuddin Al-Ayyubi berhasil
membebaskan Yerusalem dan mengusir pasukan Salib dari seluruh wilayah
Palestina. Semua tentara Salib kembali ke Eropa. Walau tidak ada catatan
tertulis, sebagian besar Ksatria Templar dan Ordo Sion diyakini
sejumlah peneliti-antara lain Picknett dan Prince-memilih Perancis
Selatan sebagai rumah baru mereka.
Seperti yang telah disinggung di atas,
di wilayah ini telah berdiri banyak gereja yang didedikasikan kepada
Santo Yohanes dan Maria Magdalena. Gereja-gereja ini tidak menginduk
kepada Vatikan, tetapi memiliki kultur dan keyakinannya sendiri yang
secara mendasar bertentangan dengan Tahta Suci Vatikan. Mereka juga
dikenal sebagai Kaum Yohanit.
Salah satu keyakinan kaum Yohanit adalah
gereja warisan Yesus itu sendiri. Vatikan meyakini bahwa Yesus
mewariskan gerejanya kepada Santo Petrus yang kemudian menjadikan Tahta
Suci Vatikan-sebuah pusat kerajaan Roma Paganistis-sebagai pusat religi
bagi umat Kristen dunia.
Namun klaim Vatikan ini ditolak oleh
kaum Yohanit yang meyakini Yesus tidak mewariskan gerejanya kepada Santo
Petrus, melainkan kepada Maria Magdalena, seorang perempuan yang setia
mengikuti Yesus hingga diperisterinya dalam satu pesta perkawinan di
Qana, sebuah wilayah yang kini masuk dalam wilayah Lebanon.
Kaum Yohanit juga tidak menganggap Yesus
sebagai Tuhan, melainkan Rasul biasa yang hanya meneruskan ajaran Tuhan
yang tidak tampak. Dan di akhir zaman, Sang Messiah (The Christ) yang
akan turun ke bumi bukanlah Yesus, melainkan Yohannes The Christ. Ini
menurut keyakinan kaum Yohanit asli.
Hanya saja, kaum yang semula Unitarian
ini menjadi tercampur-aduk dengan ajaran paganis-mistis Kabbalah.
Sesungguhnya ini suatu perpaduan yang aneh. Namun benar-benar terjadi.
Harun Yahya dan pengkaji masalah Kabbalah meyakini, awal pembelokkan
ajaran Unitarian menjadi Kabbalis terjadi ketika Samiri-salah seorang
tokoh Broterhood of the Snake-menipu Bani Israil ketika mereka
ditinggalkan Musa saat Musa pergi ke Bukit Thursina.
Samiri membuat sebuah patung sapi betina
yang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa mengeluarkan suara ketika
angin bertiup mengenainya. Patung sapi itu pun disembah Bani Israil dan
mengacuhkan Nabi Musa a. S.
Bermillenium tahun berjalan, ajaran
Kabbalah berkembang dan merasuk ke dalam Yudaisme dan juga Taurat. Para
pendeta Kabbalis bahkan membuat ayat-ayat palsu yang membuat
Talmud-sebuah kitab yang awalnya sebagai penafsir Taurat dianggap lebih
suci ketimbang Taurat.
Dan sebagian besar kaum Yahudi pun
menjadi kaum yang mendewakan Talmud. Mereka menjadi kaum yang begitu
gandrung dengan Kabbalah dan merasa menjadi bangsa terpilih dengan
adanya Kabbalah yang diwariskan secara turun-temurun dengan lisan. Dan
ketika mereka berkumpul di Perancis Selatan di abad ke-12 inilah, ajaran
Kabbalah dibukukan. Ini terjadi di Aix en Provence.
Rennes Le Chateau
Salah
satu desa terpenting di Perancis Selatan yang memiliki banyak petilasan
Kabbalah bernama Rennes le Chateau. Nama Pastor Berenger Sauniere tidak
bisa dipisahkan dari nama Rennes le Chateau ini.
Tidak
terlalu sulit jika suatu waktu Anda ingin berkunjung ke desa ini. Sejak
histeria novel The Da Vinci Code, di Paris dan juga di beberapa negara
Eropa dan juga Amerika, sejumlah biro perjalanan wisata telah memasukkan
nama desa ini menjadi satu tujuan wisata unggulan. Tak heran jika desa
ini yang sebelumnya sepi, kini menjadi sebuah desa yang begitu ramai
dipenuhi turis.
Jika Anda ingin bepergian sendiri, maka
terbanglah ke Bandara Charles de Gaulle di Paris. Dari The City of The
Light Paris, tataplah matahari yang bersinar pada siang hari bolong.
Ambillah jalan lurus ke selatan, menyusuri garis bujur, melewati
Burgundy, Saint Philibert de Tournus, Sungai Rheine, Vienne dan
katedralnya di mana pada tahun 1312 di tempat itu berawal gerakan
penumpasan terhadap Ksatria Templar, lewat Carcassonne, terus berjalan
ke selatan hingga Limoux dan Lembah Aude.
Di lembah ini Anda akan menjumpai Kastil
Kathari yang terkenal dalam peristiwa Perang Salib Albigensian
(Pembantaian yang dilakukan pasukan Paus terhadap orang-orang Kristen
Kathar di Albi), lalu menyusuri jalan yang diapit pegunungan Pyrennes,
dan tibalah di sebuah dataran tinggi, maka sampailah Anda di Rennes Le
Château.
Perjalanan dari Paris ke desa ini
bagaikan sebuah perjalanan sejarah, napak tilas dari sejarah Eropa di
abad pertengahan. Semua kisah dan misteri berawal dari desa ini, namun
entah mengapa, Dan Brown sama sekali tidak menyinggung nama desa ini
secuil pun dalam novel The Da Vinci Code. (1
)Di
Rennes-le-Château yang berada di wilayah Languedoc, sejak lama berdiri
sebuah gereja kecil yang dipersembahkan kepada Maria Magdalena. Konon,
gereja ini sudah ada sejak zaman Visigoth di abad ke-6 Masehi.
Beberapa mil di tenggara
Rennes-le-Château, berdiri sebuah puncak gunung yang dikenal sebagai
Bézu. Di puncaknya, berserakan puing-puing benteng abad pertengahan. Di
lokasi tersebut pernah berdiri salah satu kuil Ksatria Templar yang
menyelamatkan diri dari kejaran pasukan Phillipe le Bel dan Paus Clement
V.
Satu mil ke timur laut, pada puncak
lainnya berdiri sisa-sisa puri Blanchefort, sebuah rumah leluhur
Bertrand de Blanchefort, Grand Master ke-4 Ksatria Templar. Sejak
dahulu, daerah itu sudah menjadi rute perjalanan para peziarah yang
terbentang dari Eropa Timur hingga Santiago de Compastela di Spanyol.
Sebuah wilayah yang dipenuhi aroma mistis, legenda, mitos, dan juga bau
darah. Para peziarah Eropa Utara dan Timur sejak dulu selalu melalui
wilayah ini sebelum mereka berlayar menuju Jaffa, kota pelabuhan di
tanah Palestina, setelah melintasi Laut Tengah melewati perairan utara
Tunisia, Pulau Sardinia dan Sisilia di selatan Itali, dan Malta, menuju
Kota Suci Yerusalem.
Kisah tentang desa kecil nan misterius
ini berawal dari kedatangan Pastur Francois Bérenger Sauniére
(1852-1917). Sauniere (33) berasal dari Desa Montazels, dekat Rennes le
Château.
Pastor Sauniere
Di tahun 1850, ayah Sauniere bekerja
sebagai pengurus Marques de Castel Majou, sebuah kastil besar di ujung
desa. Ibunya berasal dari keluarga terpandang. Dua bersaudara Afred dan
Berenger, yang pintar dan ambisius, disekolahkan ke Seminari Carcassonne
agar kelak menjadi pastur dan meneruskan tradisi kehormatan bagi
keluarganya.
Setelah lulus, Berenger jadi pastur di
Desa Le Clat, yang berada agak jauh dari Montazels, namun masih berada
di sekitar Rennes le Château. Tanah Desa Le Clat dimiliki oleh keluarga
Hautpoul-Fellines. Setelah tiga tahun mengabdi di Le Clat, Berenger
dipindahkan oleh atasannya, Uskup Carcassonne, ke Rennes le Château.
Awal Juni 1885, Pastur Bérenger Sauniére
datang di Rennes le Château dan tinggal di rumah keluarga Denarnaud.
Sang puteri, Marie Denarnaud dipekerjakan menjadi Sang Pastur. Kehidupan
pastur itu amat sederhana. Pendapatannya hanya enam poundsterling tiap
tahun ditambah dengan kolekte sukarela dari jemaat gerejanya. Pastur
Berenger Sauniére bersahabat dengan Pastur Henri Boudet dari desa
tetangga, Rennes-le-Bains.
Beberapa bulan kemudian Sauniére
mendapat masalah besar ketika dalam salah satu misa yang dipimpinnya,
Pastur muda itu mengkhotbahkan suatu ajaran yang sangat anti-Republikan,
padahal pada waktu itu pemilihan umum tengah berlangsung.
Untuk sementara waktu Sauniére
dibebastugaskan dari jabatannya. Ketika akhirnya dia dikembalikan kepada
posisinya pada musim panas 1886, dia menerima hadiah sebesar 3. 000
franc dari Countess de Chambord, janda seseorang yang mengklaim sebagai
raja Perancis, King Henry de Bourbon yang mengaku bergelar Henry V, yang
merasa berhutang budi karena Sauniére membela kaum monarkis. Pastur itu
kemudian menggunakan uang tersebut untuk merenovasi gereja kecilnya
yang sudah rusak di sana-sini. Pada saat inilah pastur itu menemukan
sejumlah perkamen yang memuat kode rahasia.
Di bagian atas sebuah pilar dekat
mimbar, ia menemukan sebuah laci rahasia yang menyimpan sebuah dokumen.
Dokumen itu menuntunnya menemukan sebuah pot besar yang sarat dengan
koin emas. Konon, koin emas itu sangat cukup untuk membangun seluruh
desa menjadi makmur.
Setelah itu, Sauniére kembali menemukan
empat lembar perkamen dari sebuah pilar bergaya Visigoth di dekat altar
yang rencananya hendak dipindahkan. Perkamen-perkamen tersebut amat
sulit dibaca karena susunan huruf-hurufnya tidak beraturan dan sekilas
tidak ada arti. Tapi pendeta muda tersebut seorang yang cukup kritis. Ia
meyakini, apa pun itu, temuannya itu pasti barang yang sangat berharga,
sehingga membuat orang-orang menyimpannya rapat di sebuah tempat yang
dirahasiakan.
Sejak awal, Sauniére curiga, naskah yang
berisi tulisan yang kacau itu sebenarnya merupakan sebuah sandi atau
kode, yang harus dipecahkan dengan mempergunakan kunci atau teknik
tertentu, sebelum arti sesungguhnya diketahui. Jelas, batin Sauniére,
ada sesuatu yang sangat berharga di balik kode-kode yang begitu rumit
ini.
Sauniére tidak mampu memahami apa yang
sesungguhnya dimaksud oleh naskah-naskah itu. Akhirnya pastur itu
mengunjungi beberapa kenalannya, salah satunya Uskup Carcassonne,
Felix-Arsène Billard, untuk dimintai pendapatnya. Oleh Billard, Sauniére
dinasehati agar menemui seorang ahli pemecah kode bernama Émile Hoffet,
yang ketika itu merupakan seorang pemuda yang tengah belajar untuk jadi
imam, namun memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai okultisme dan
dunia kelompok-kelompok rahasia.
Sekembalinya dari perjalanan mengunjungi
beberapa kenalannya, kehidupan Sauniére yang semula pas-pasan berubah
total. Dalam waktu yang tidak lama pendeta itu diketahui sering
bertindak aneh. Terkadang menyusuri jalanan desa bersama pembantunya,
terkadang mengurung diri di rumahnya, atau berjalan ke sana-kemari tiada
arah tujuan. Selain merenovasi gereja, dia juga mampu membangun menara
Magdala (Magdalena) yang mewah dan bahkan sebuah bangunan vila yang
dinamakannya Vila Bethania lengkap dengan taman yang indah serta rumah
kaca.
Entah
terinspirasi oleh apa, gereja yang direnovasinya ternyata diubah dengan
gaya bangunan dan arsitektur yang amat tidak lazim dan bahkan
kelihatannya mengerikan. Sebuah patung menyeramkan, Raja Iblis
Asmodeus-Iblis penjaga harta karun rahasia Kuil Sulaiman dalam
kepercayaan Kabbalah-didirikan di jalan masuk ke dalam gereja. Di bagian
pintu masuk gereja ditulis sebuah kalimat: TERRIBILIS EST LOCUS ISTE
(TEMPAT INI MENGERIKAN).
Adakah penempatan patung Asmodeus ini
oleh Sauniére dimaksudkan bahwa di dalam gereja tersebut terdapat
sesuatu rahasia yang sungguh-sungguh penting dan berharga? Selain itu,
Sauniére juga sering mengadakan perjamuan mewah kepada penduduk desa.
Seluruh warga desa tersebut, besar kecil, seluruhnya sering dijamu oleh
sang pendeta dalam acara jamuan yang mewah.
Bahkan sejumlah tamu penting dari
berbagai desa dan negeri juga sering berdatangan mengunjungi pendeta
itu. Sauniére telah hidup dalam gaya para raja. Pernah dalam beberapa
malam, penduduk memergoki pastur muda itu bersama pelayannya tengah
membongkar makam Marquise d'Hautpoul de Blanchefort. Dan ketika ditanya,
maka jawaban yang diperoleh pun terkesan menutupi sesuatu.
Anehnya, terhadap perubahan yang sangat
menyolok tersebut, Vatikan tidak mau ambil pusing. Entah mengapa Gereja
seolah menutup mata bahkan terkesan enggan untuk sekadar bertanya
tentang penyebab perubahan itu. Takutkah Gereja pada Sauniére? Gerangan
apa yang diketemukan Sauniére di dalam rongga salah satu pilar Gereja
Magdalena? Yang jelas, sesuatu itu telah menjadikannya kaya raya dan
berkuasa. Pertanyaan-pertanyaan ini terus terkunci dan menjadi salah
satu rahasia sejarah Gereja Vatikan yang paling gelap hingga kini.
Ketika Sauniére terus hidup dalam segala
kekayaan dan pengaruhnya, tiba-tiba Uskup Carcassonne meninggal dunia.
Seorang uskup ditunjuk Vatikan menggantikan yang lama. Uskup baru ini
merasa ada sesuatu yang janggal dengan kehidupan Sauniére. Dari mana
pendeta bawahannya itu bisa bergaya hidup mewah dan mendapatkan harta
kekayaan serta uang yang berlimpah, padahal wilayah gembalaannya hanya
di sebuah kampung kecil bernama Rennes-le-Château?
Uskup baru itu rupanya tidak mendapat
pengarahan terlebih dahulu dari Gereja, sehingga ia dengan sangat biasa
dan tanpa perasaan apa pun menulis surat kepada Sauniére agar bisa
secepatnya menghadap dirinya untuk menjelaskan segala asal-muasal harta
kekayaan yang diperolehnya.
Tindakan Uskup Carcassonne yang baru itu
amat menyinggung perasaan Sauniére. Dengan berani, Sauniére
menentangnya. Uskup Carcassonne terkejut dengan keberanian Sauniere.
Sang uskup pun tidak mau kehilangan kewibawaannya. Ia dengan kasar
menuduh Sauniére telah melakukan jual-beli hal-hal yang bersifat rohani.
Uskup pun mengadukannya ke pengadilan daerah untuk mengusut bawahannya
itu. Atas desakan uskup, pengadilan daerah kemudian mengambil keputusan
untuk menahan Sauniére.
Dengan menahan amarah, Sauniére
mengadukan kejadian ini ke Vatikan. Setelah menerima surat pengaduan
Sauniére, dengan cepat Vatikan segera membuat surat perintah yang
ditujukan pada Uskup Carcassonne yang baru dan juga pengadilan daerah.
Perintahnya satu: Bebaskan Sauniére secepatnya dan bebaskan dia dari
segala tuduhan serta pulihkan nama baiknya.
Dengan masih dilanda rasa heran, Uskup
Carcassonne kemudian segera membebaskan Sauniére dan tidak pernah lagi
mengusiknya. Sejak itu Sauniére bisa hidup tenang dan meneruskan gaya
hidup para rajanya yang mewah. Entah mengapa, setelah peristiwa itu
Sauniére mengundurkan diri sebagai pastur desa. Gereja kemudian
mengangkat Pastur Marty sebagai pastur baru di desa tersebut, namun
warga desa mengacuhkannya.
Bersama warga desa dan Marie Denarnaud,
Sauniére terus hidup dalam kemewahan. Selain Sauniére, Marie Denarnaud
sering terlihat mengenakan model pakaian paling anyar dan mahal dari
Paris. Sebab itulah Marie juga sering disebut sebagai "La Madonne".
Selama hidupnya, dari tahun 1896 hingga 1917, pastur muda tersebut
diketahui telah membelanjakan uangnya tidak kurang dari 23 juta franc.
Tiap bulan ia sekurangnya mengeluarkan 160. 000 franc.
Sauniére juga memiliki rekening bank di
Paris, Perpignan, Toulousse, dan Budapest. Belum cukup dengan itu,
pastur ini juga berinvestasi dalam jumlah yang besar di bursa, saham
perusahaan, dan sekuritas, suatu tindakan yang tidak lazim dilakukan
oleh seorang imam Katolik.
Kematian Yang Aneh
Rabu, 17 Januari 1917, Sauniére yang
telah berusia 65 tahun tiba-tiba terserang penyakit yang mirip dengan
stroke. Anehnya, lima hari sebelumnya, para jemaat desa mengatakan bahwa
Sauniére tampak sangat sehat dan prima untuk lelaki seusianya. Dan yang
juga aneh, di tanggal 12 Januari itu, pembantu Sauniére, Marie
Denarnaud, diketahui telah memesan sebuah peti mati bagi majikannya.
Apakah Marie Denarnaud memiliki insting
keenam yang mengatakan bahwa majikannya itu akan segera meninggal dunia?
Ataukah Marie terlibat dalam suatu persekongkolan jahat yang entah
siapa yang melancarkannya untuk menghabisi Sauniére, disebabkan
majikannya itu memegang sebuah rahasia yang membuat Vatikan gentar? Di
pihak mana Marie Denarnaud?
Bukan itu saja, tanggal 17 Januari ini
sebenarnya juga bukan tanggal yang biasa. Nisan makam Marquise
d'Hautpoul de Blanchefort yang dibuat Sauniére ternyata juga bertanggal
17 Januari. Selain itu, hari perayaan pembangunan Gereja Saint Sulpice
yang terkait dengan rahasia Da Vinci juga dilakukan tiap tanggal 17
Januari. Ini terlalu naïf jika dianggap hanya suatu kebetulan.
Setelah terserang stroke yang misterius,
kondisi kesehatan Sauniére turun drastis. Ia terus berbaring dan
sekarat. Seorang pastur desa tetangga, Imam dari Espéraza, dipanggil
untuk mendengarkan pengakuan terakhirnya dan melaksanakan ritual
peminyakan terakhir. Imam itu segera datang. Ia sendirian masuk ke kamar
di mana Sauniére terbaring lemah.
Tak lama kemudian, Espéraza tersebut
keluar dari kamar. Badannya gemetaran. Mukanya pucat-pasi. Kedua matanya
kosong seakan habis melihat hantu. Menurut René Descadeillas, "...sejak
hari itu, imam tua tersebut tidak lagi menjadi orang yang sama; ia
jelas-jelas telah mengalami suatu kejutan. Dan sampai akhir hayatnya ia
tidak pernah terlihat tertawa lagi. "
Imam itu juga menolak memberikan upacara
terakhir menurut tradisi Katolik Roma untuk Sauniére. Senin, 22 Januari
1917, Sauniére meninggal dunia. Pendeta kaya raya itu tidak
meninggalkan apa-apa selain misteri yang tetap dalam kegelapan (2).
Sepeninggal
Sauniére, Marie Denarnaud tinggal di vila Bethania hingga akhir Perang
Dunia. Marie lalu menjual vila tersebut kepada Monsieur Noel Corbu dan
diam-diam menjanjikan akan membuka rahasia besar itu sebelum dirinya
meninggal.
Rahasia itu, ujar Marie, siapa pun yang
memegangnya akan bisa membuatnya kaya-raya dan berkuasa. Pada hari
Kamis, 29 Januari 1953, seperti majikannya dulu, tiba-tiba Marie
terserang penyakit stroke yang membuatnya tidak bisa bicara dan
meninggal, tanpa sempat mewarisi sebuah rahasia yang dipegangnya sampai
ke liang lahat.
Banyak kalangan percaya, rahasia yang
ikut terkubur bersama jasad Sauniére dan Marie lebih dari sekadar harta
karun berupa emas atau pun batu permata. Jika demikian, apakah ini
tentang suatu pengetahuan yang selama ini dikubkulasi bahwa harta karun
yang dimaksud sesungguhur dalam-dalam? Oleh siapa? Mengapa Vatikan
sepertinya sangat takut dan tidak berani terhadap Sauniére?
Richard Andrews dan Paul Schellenberger
(The Tomb of God, 1996) berspenya adalah makam Yesus Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan ini mengemuka dan akhirnya mengerucut menjadi satu
dugaan bahwa sesungguhnya rahasia itu memang lebih dari sekadar
harta-benda, namun juga meliputi suatu pengetahuan rahasia yang selama
ini ditutup rapat oleh Vatikan. Sebab itu, Vatikan terkesan sangat
permisif dan segan pada Sauniére. Dan tidak cukup dengan itu, bisa jadi
Vatikan malah secara kontinyu mengucurkan uang kepada Sauniére, sekadar
sebagai tutup mulut. Dan yang terakhir mungkin saja menghabisinya.
"Kami yakin bahwa ia telah menerima uang
dari Johann von Habsburg. Pada saat bersamaan, ‘rahasia' pendeta itu,
apa pun itu, tampak lebih bersifat religius daripada politik, " demikian
The Holy Blood and the Holy Grail.
Dugaan Michael Baigent dan kawan-kawan
dibenarkan seorang mantan pendeta Gereja Anglikan Inggris. Usai
penayangan film "The Lost Treasure of Jerusalem" pada Februari 1972,
mantan pendeta itu mengirim surat, "'Harta karun' itu tidak terkait
dengan emas atau batu-batu mulia yang berharga. Sebaliknya, harta
tersebut berupa ‘bukti yang tidak dapat dibantah' bahwa penyaliban
adalah peristiwa tipuan dan bahwa Yesus masih hidup hingga akhir tahun
45 Masehi. "
Keyakinan bahwa Yesus tidak mati di
tiang salib sebenarnya juga banyak dianut oleh sekte-sekte kekristenan
awal yang lazim disebut sebagai kelompok Unitarian. Mereka ini
menganggap Yesus hanyalah utusan Tuhan, bukan Tuhan itu sendiri.
Jika Yesus memang tidak mati di tiang
salib, mungkinkah Yesus telah diselamatkan oleh Yusuf Arimathea, seorang
murid rahasianya yang kaya dan berpengaruh, seperti yang selama ini
diyakini sebagian umat Kristen awal seperti Sekte Essenes dan gulungan
Nag Hammadi?
Al-Qur'an juga menyatakan bahwa Yesus
tidaklah mati di tiang salib. Yang mati di tiang salib adalah orang yang
ditampakkan Allah SWT menyerupai Yesus. Al-Qur'an menginformasikan
bahwa Yesus atau Nabi Isa a. S. "diselamatkan" oleh Allah SWT dengan
cara diangkat ke jannah.
Bagi kelompok-kelompok yang tidak
sejalan dengan Vatikan, Yesus diyakini meninggal dunia di dekat Laut
Mati yang dipenuhi dengan gua-gua batu, dekat dengan tempat tinggal
kelompok Esenes. Maria Magdalena sendiri dipercaya meninggal di
Marseilles, Selatan Perancis. Di Aux en Provence yang juga berada di
selatan Perancis, di daerah ini dikenal sebagai pusat Magdalenaisme. Di
sini pula tradisi lisan Kabbalah dibukukan. Selain Magdalenaisme, di
sini juga merupakan pusat pemujaan terhadap Yohanes Pembaptis. Banyak
gereja yang didedikasikan kepada Maria Magdalena dan Yohaes Pembaptis
yang bertebaran di sini.
Legenda di Languedoc-Rousilon
Daerah Selatan Perancis, yang lazim
disebut wilayah Languedoc-Roussillon, para penduduknya memang tidak
begitu patuh pada Vatikan. Tiap 22 Juli, mereka menggelar hari pesta
Maria Magdalena secara besar-besaran dan meriah. Lynn Picknett dan Olive
Prince menyebut wilayah ini sebagai jantung heresy Eropa. Selain
pemujaan terhadap Maria Magdalena dan Yohanes Pembaptis, di daerah ini
juga terkenal dengan ajaran paganisme dan okultisme dengan segala
legenda dan mitosnya. Salah satu kegenda yang masih hidup di masyarakat
sekitar adalah tentang legenda "Ratu dari Selatan" (Reine du midi) yang
sebenarnya merupakan gelar dari para countess dari Toulouse.
Fakta tunggal inilah yang menyebabkan adanya pemiskinan sistematis atas wilayah selatan Perancis tersebut.
Languedoc adalah "rumah besar" para
Templar di Eropa hingga mereka diburu oleh Phillipe le Bel. Lebih dari
30 persen benteng dan markas Templar yang tersebar di Eropa, terletak di
sini. Bukan itu saja, di selatan Perancis ini pula, banyak kalangan
meyakini, para Templar telah menguburkan dan menyembunyikan harta
karunnya yang dibawa lari dari Yerusalem.
Prof. Mariano Bizari daam film
dokumenter "The Da Vinci Project: Seeking The Truth" menyatakan bahwa
desa ini dengan segala riwayatnya memiliki jejak sejarah yang amat
panjang. "Kisah mengenai Rennes-le-Château dimulai pada tahun 1200 SM
dengan campur tangan orang Beaker, juga Celts, jadi ini merupakan kisah
yang panjang! Di sana terdapat jaringan saluran bawah tanah, juga goa,
goa di mana beberapa ritual dilakukan, goa yang membuka jalan ke tempat
lain, misalnya tempat yang memungkinkan pelaksanaan upacara tertentu,
dan Pendeta Boudet, teman sekaligus penasehat Sauniére, menulis buku
berkode untuk mengidentifikasi jalan masuk ke rute-rute ini. "
"The Da Vinci Project: Seeking the
Truth" juga membuat daftar pertanyaan yang mengusik keingintahuan orang
tentang pendeta dan desa yang penuh misteri ini: Mengapa Sauniére
menulis "ini tempat yang buruk (sebenarnya "Menyeramkan" atau
"mengerikan", pen) di atas pintu masuk gereja itu?
Mengapa Sauniére menghabiskan
hari-harinya di Museum Louvre, di depan lukisan Poussin tahun 1640 yang
berjudul "Arcadian Sheperds", yang nampaknya menggambarkan daerah
sekeliling Rennes-le-Château dan sebuah nisan bertuliskan "Et In Arcadia
Ego"? Mengapa penjaga rumah Sauniére, Marié Denarnaud, selalu
mengatakan, "Di sini orang berjalan di atas emas, namun mereka tak
mengetahuinya!"
Mengapa kota ini memiliki peraturan
khusus yang melarang penggalian tanah, walau hanya untuk menanam bunga?
Mengapa mangkuk air suci di gereja Rennes diangkat oleh mahluk bernama
"Asmodeus", yang menurut mitologi Ibrani merupakan penjaga harta karun
Salomo? Mengapa gambar mosaik di atas altar menggambarkan Perjamuan
Terakhir dengan seorang wanita mengangkat sebuah cawan di kaki Kristus?
Apakah ini petunjuk adanya kaitan antara Perjamuan Terakhir dengan Maria
Magdalena?
Mengapa patung-patung santo dalam gereja
sedemikian diatur sehingga huruf awal nama mereka membentuk kata GRAAL
bila dihubungkan membentuk huruf M dari kata Maria Magdalena? Mengapa
tempat-tempat salib diletakkan dengan urutan terbalik? Mengapa kaca
jendela yang menggambarkan Kristus selalu memiliki bulan di latar
belakangnya? Mengapa Sauniére membangun patung Magdalena yang besar dan
menurut buku hariannya menyembunyikan sebuah peti di dasarnya?
Profesor
Roberto Giacobbo, penulis buku "'Il Segreto Di Leonardo' juga mengamini
kemisteriusan Rennes-le-Château. "Wilayah ini adalah tempat yang
aneh-begitu Anda memasuki kota, ada tanda bertuliskan "Dilarang menggali
di sini". Mengapa? Siapa yang meletakkan tanda ini? Rennes-le-Château
banyak mengangkat pertanyaan spontan, seperti mengenai sebuah legenda
yang terulang...atau mungkin juga tidak. "
Amat mungkin, karena kemisteriusan desa
inilah yang membuat seorang Francois Mitterand, beberapa pekan sebelum
terpilih presiden Perancis di tahun 1981, mengunjungi Rennes-le-Château
dan berfoto di Menara Magdala dan di samping patung Asmodeus, Raja Iblis
Penjaga Harta Karun Sulaiman. Adakah Mitterand yang dikenal sebagai
pemerhati okultisme juga merupakan bagian dari kemisteriusan wilayah
ini?
Sauniere Tidak Sendiri
Rennes-le-Château dengan Pastur Berenger
Sauniére memang menjadi misteri tersendiri. Para peneliti menyatakan
bahwa tidaklah mungkin Pastur Sauniére sendirian dalam menjalankan
pekerjaannya yang begitu misterius. Apalagi dalam radius tiga mil
sekitar Rennes-le-Château terdapat sekurangnya dua daerah dan dua pastur
yang juga aneh.
Yang pertama, Pastur Antoine Gelis yang
menjadi Gembala Sidang di daerah Coustaussa yang terletak persis di
bawah Rennes-le-Château. Pastur Gelis tinggal sendirian di sebuah rumah
kecil yang berjarak hanya beberapa langkah dari gerejanya. Selain
sebagai pastur, Gelis terkenal sebagai lintah darat. Ia dikenal memiliki
banyak uang yang sumbernya juga tak jelas dari mana. Kabarnya Gelis
juga telah menemukan koin emas dalam jumlah banyak di gerejanya, sama
seperti rekannya, Sauniére.
Minggu sore, 31 Oktober 1897, pintu
rumah Pastur Gelis diketuk seseorang. Gelis segera membukakan pintu bagi
tamu yang tidak dikenalnya ini. Tiba-tiba sang tamu memukulkan sebuah
benda keras ke kepala dan tubuh Gelis. Pastur berusia 70 tahun ini jatuh
tersungkur bersimbah darah. Sang pembunuh segera pergi. Awalnya polisi
menyangka telah terjadi perampokan karena Gelis memang dikenal memiliki
banyak uang. Tapi barang-barang milik Gelis tidak ada yang hilang.
Bukan itu saja, di dekat jenazah Gelis
yang telentang dengan kedua tangan bersedekap, seolah pembunuhnya ingin
menunjukkan sesuatu pola, ditemukan dua kertas rokok dengan tulisan
tangan bertuliskan "Viva Angelina!", yang memiliki arti kejayaan bagi
malaikat perempuan atau kejayaan bagi Sang Dewi. Maria Magdalenakah yang
dimaksud? Sampai kini polisi tidak berhasil mengungkap siapa
pembunuhnya. Banyak penafsiran tentang motif di balik peristiwa
pembunuhan terhadap Gelis. Tapi para peneliti meyakini, dibunuhnya Gelis
erat kaitannya dengan harta karun yang ada di sekitar daerah itu.
Adakah Gelis dianggap terlalu banyak tahu tentang harta karun
Rennes-le-Château?
Batu nisannya, yang terletak di
pemakaman gereja di Coustassa, diposisikan lain dengan nisan-nisan
lainnya. Nisan Pastur Gelis dibuat menghadap ke Rennes-le-Château dan
terlihat amat jelas di lereng bukit di seberangnya. Anehnya, batu nisan
itu juga memiliki tanda Salib-Mawar (Rose-Croix), terkait Templar.
Yang kedua, Pastur Henri Boudet
(1837-1915) yang menjadi gembala sidang di daerah Rennes Le Bains, yang
terletak di sisi lain bukit yang juga ditempati Rennes-le-Château.
Pastur ini juga tidak kalah misteriusnya. Walau bukan ahli bahasa, tapi
Boudet diketahui telah mengarang sebuah buku mengenai bahasa yang salah
satu premisnya sungguh aneh yakni bahasa Celtic adalah bahasa asal dari
semua bahasa dunia.
Buku tersebut ternyata berisi kode-kode
tertentu yang setelah Boudet meninggal di makamnya terdapat kaitan erat
dengan kode-kode dari bukunya tersebut. Judulnya: Le vraie langue
cetique et le cromleck de Rennes-les-Bains (The True Celtic Language and
the Cromlech of Rennes-les-Bains).
Pastur Berenger Sauniére, Pastur Antoine
Gelis, dan Pastur Henri Boudet, ketiganya memimpin gereja dalam wilayah
yang bertetangga, ketiganya menyimpan misteri, dan tentu ketiganya
memiliki ikatan khusus atau suatu kerjasama yang tidak diketahui secara
jelas apa dan bagaimana bentuknya.
Hanya saja, di belakang hari diketemukan
catatan bahwa Pastur Sauniére ternyata pernah dua kali diundang dan
menghadiri acara resmi kelompok Freemason yang diadakan di Martinist
Lodge di Lyons, Perancis. Sejak zaman Renaissance, kota Lyons juga
dikenal sebagai kota yang penuh misteri. Selain itu ada pula catatan
pengiriman barang dari Paris berupa sebuah teropong yang berdaya kuat
dan kamera kepada Sauniére. Sebuah organisasi atau kelompok di Paris
mengirim peralatan penyelidikan kepada Sauniére yang tinggal di desa
penuh misteri. Apa yang sesungguhnya yang diselidikinya?
Misteri Harta Karun Templar
Menurut sejarah, setelah kerajaan Barat
menyerbu Roma dan kemudian meninggalkan Italia, harta karun dari
Yerusalem yang dijarah oleh Titus kemudian dibawa ke Toullose, lalu
dibawa lagi ke Carcassonne, setelah itu tidak ada satu pun orang yang
pernah mendengar tentang keberadaan harta karun tersebut. Salah satu
wilayah di Perancis Selatan yang dekat dengan Rennes-le-Château bernama
Opoul Perillos. Wilayah ini memiliki kode pos: 666-00. Triple Six,
sebuah angka setan!
Perancis Selatan sampai hari ini masih
saja diliputi misteri. Wilayah bekas salah satu markas para Templar
tersebut seteah booming novel The Da Vinci Code bukan lagi sebuah
wilayah yang sepi, namun selalu dikunjungi turis mancanegara. Walau
demikian, hal ini tidak mengurangi kemisteriusannya.(Tamat, Rizki
Ridyasmara)
0 komentar:
Posting Komentar