SUKA GOTHIC BUKAN BERARTI PENGIKUT SATAN-ISM
PANDANGAN, SENI, BUDAYA atau GAYA
HIDUP?
MASIH banyak
orang yang berpikiran picik tentang gothess (pecinta gothic). Seorang gothess
dekat dengan setan dan diidentikkan sebagai pengikut setan. Wow… Tak kenal
maka tak sayang. Oleh sebab itu, saya mencoba untuk menyelami seputar gothic dan
para gothess-nya. Memang karakter goth-freak selalu punya kesan
misterius, hitam, gelap dan sulit ditebak, namun, itulah yang membuat gothic
terlihat BEDA…!
Anggapan
gothic itu punya kaitan dengan suicidal, satan-ism, kekerasan, perang
dan lain sebagainya merupakan opini yang salah besar. Para gothess bisa
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya. Mereka menganggap gothic itu other
world, di mana mereka bisa mengekspresikan sisi lain dari dirinya, di mana
mereka bisa bertukar pikiran dengan orang yg punya idealis dan cara pandang
sama, di mana mereka bisa bersuara dan menunjukkan kebebasannya. Penampilan gothess
memang berbeda di habitat asli sehingga wajar bila orang awam menganggap
mereka ANEH!!!
Gothic juga
memilik sejarah dan gothic pun bukan sekadar komunitas tanpa dasar. Kata gothic
itu sendiri datang dari nama sebuah suku bernama Visigoth dari Jerman. Kaum
Barbar yang bikin kerajaan Romawi kocar-kacir. Terus berkembang lagi jadi gaya
arsitektural yang gelap dan gloomy ala Eropa Barat abad ke-12 sampai 16.
Gerakan awal dimulai dari sebuah Nightclub pada awal 1980-an di Inggris.
Lalu berkembang dengan cara “nebeng” menjadi salah satu komponen punk rock.
Dan, dengan komunitas paling besar di California.
Penampilan
gothic yang dark dan megah juga berpengaruh terhadap arsitektur
gereja-gereja, kuburan bahkan bangunan rumah tua, jadi wajar bila saya bilang
gothic itu peradaban, karena memiliki nilai sejarah, bahkan mempengaruhi
kehidupan manusia.
Di Indonesia
tak terlalu nampak hal-hal mengenai gothic dan masih sedikit para gothess-nya.
Tapi, di luar negeri gothic sangat di kenal, bahkan banyak factory outlet
(distro) yang menjual all items about gothic, mulai dari korset ala
gothic, boot, gaun, sepatu, sampai tersedianya peti-peti mati dengan
nuansa gothic.
Gothic is culture? hmm.. masih sulit untuk dijelaskan, semua kembali ke
pribadi masing-masing dalam menilai gothic. Ada sebagian pihak yang menganggap
gothic untuk keren-kerenan saja. Lewat gothic mereka ingin dianggap hebat,
dianggap “wah”, dianggap punya kekuasaan. Di Indonesia masih terdapat distorsi
about gothic. Masih banyak yang sedikit tahu tentang gothic dan menjadi
seorang gothess hanya untuk terlihat keren, wah dan beda, dijadikan
sebagai publisitas diri. Sehingga masih banyak pula masyarakat yang
perpandangan ‘miring’ about gothic karena para gothess yang asal gothess
dalam berpenampilan dan berperilaku.
Gothess tidaklah segelap dan sejahat yang terlihat. Para gothess
sebenarnya adalah orang anti-kekerasan, penyayang, cinta damai dan care
dengan semua orang.
Para gothess
banyak yang menulis kalau mereka mengalami depresi, desperate, keluarga
yang disfungsional, masa kecil yang kelam, marah, kecewa, sedih dan benci.
Percaya atau tidak, semuanya ini ditulis di dalam 640 web yang ada di dalam gothic
web ring, dan isinya rata-rata sama. Kebanyakan gothess memang
menyukai main game-game RPG (role-playing game), bukannya karena
‘cupu’ atau memiliki fantasi yang berlebihan, tetapi dikarenakan adanya
tantangan kreatif dan mengasah otak di dalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar